Minggu, 03 Maret 2013

Panti Asuhan Ibu Pertiwi


Salam hangat buat pembaca...

Kali ini saya akan share ke teman2 mengenai Panti Asuhan Ibu Pertiwi.  Panti Asuhan Ibu Pertiwi ini terletak di Jl. Transat Ksatria km 8 rt 047 Batu Ampar (0542) 860104.

Saat kami pertama kali saya berkunjung ke sini bersama bersama beberapa teman, lingkungannya terlihat bersih dan tertata rapi.



Untuk jumlah penghuninya tercatat kurang lebih 50 orang termasuk pengelola panti tersebut.

Alasan saya menulis hal ini adalah untuk membuka wawasan baru tentang sesama kita yang berlebih untuk bisa berbagi kebahagian bersama meraka yang berada di panti ini, karena saya juga melihat begitu kurangnya informasi tentang panti asuhan di wilayah Kota Balikpapan.

Semoga tulisan ini menjadi penggugah semangat bagi kita sekalian untuk berbagi dan barang kali juga bisa digunakan menjadi sumber informasi.

#indahnya berbagi ^_^/GBU  

Rabu, 02 Januari 2013

Makalah Materi bahasa Indonesia


DAFTAR ISI

HALAMAN
HALAMAN JUDUL                                                                                                                         i
KATA PENGANTAR                                                                                                           ii
DAFTAR ISI                                                                                                                          1

BAB I PENDAHULUAN                                                                                                    
1.1              LATAR BELAKANG                                                                                               2
1.2              TUJUAN                                                                                                                    2
1.3              MANFAAT                                                                                                                2
1.4              METODE PEMBAHASAN                                                                                      3

BAB II PEMBAHASAN
2.1       DEFINISI TENTANG BAHASA INDONESIA                                                     4
2.2       SEJARAH BAHASA INDONESIA                                                                                    6
2.3       EYD (EJAAN YANG DISEMPURNAKAN)                                                         7
2.4       PENULISAN KARYA ILMIAH                                                                             25
2.5       PROPOSAL KEGIATAN                                                                                         28
2.6       PROPOSAL PENELITIAN                                                                                      30
2.7       KALIMAT EFEKTIF                                                                                                            36
2.8       PENGEMBANGAN PARAGRAF                                                                           41
2.9       PENGUTIPAN                                                                                                          43
2.10     DAFTAR PUSTAKA                                                                                                            46

BAB III PENUTUP
A.                KESIMPULAN                                                                                                          54

BAB IV DAFTAR PUSTAKA                                                                                             55









BAB I
PENDAHULUAN

1.      Latar Belakang
Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Republik Indonesia dan bahasa persatuan Bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia diresmikan penggunaannya setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, tepatnya sehari sesudahnya, bersamaan dengan dimulainya Konstitusi.
Namun hingga saat ini setelah Indonesia Merdeka 67 tahun penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar masih sedikit kita jumpai. Oleh karena itu penulis mencoba untuk mengkaji lebih dalam tentang Bahasa Indonesia yang baik dan benar menurut kaidah dan peraturan yang berlaku di Indonesia saat ini
2.      TUJUAN

a)      Merangkum Materi Kuliah Bahasa Indonesia Semester 3 :
                                i.            Definisi Tentang Bahasa Indonesia
                              ii.            Sejarah Bahasa Indonesia
                            iii.            EYD ( Ejaan Yang Disempurnakan )
                            iv.            Penulisa Karya Ilmiah
                              v.            Proposal Kegiatan
                            vi.            Proposal Penelitian
                          vii.            Kalimat Efektif
                        viii.            Pengembangan Paragraf
                            ix.            Pengutipan
                              x.            Daftar Pustaka

3.      MANFAAT

a)      Secara subyektif

           Memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia Semester 3 Fakultas D4K3 Universitas Balikpapan.

b)      Secara objektif
           Dapat dimanfaatkan sebagai tambahan informasi untuk fakultas lain di Universitas
           Balikpapan.

4.      METODE PEMBAHASAN

Metode pembahasan yang digunakan adalah metode deskriptif, yaitu menguraikan, memaparkan data - data baik primer maupun sekunder.

I.                   Data Primer
Study lapangan, dilakukan dengan cara mengikuti, mengamati dan berinteraksi dalam proses perkuliahan Mata Kuliah Bahasa Indonesia Semester 3 Fakultas D4K3 Universitas Balikpapan.
II.                Data Sekunder
Study literature, di dapat dari buku dan undang undang serta dari peraturan instansi instansi lain yang terkait.

















BAB II
PEMBAHASAN

i.              Definisi Tentang Bahasa Indonesia

A.    Pengertian bahasa
               Bahasa adalah alat komunikasi yang berupa sistem lambang bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia yang digunakan lebih dari satu orang untuk saling terhubung dan berinteraksi.
               Sebagaimana kita telah ketahui, bahasa terdiri atas kata – kata atau kumpulan kata. Masing – masing mempunyai makna, yaitu hubungan abstrak antara kata sebagai lambang dengan obyek atau konsep yang diwakili. Kumpulan kata atau kosakata itu oleh ahli bahasa disususun secara alfabetis, atau menurut urutan abjad, disertai penjelasan artinya dan kemudian dibukukan menjadi sebuah kamus atau leksikon.
               Pada waktu kita berbicara atau menulis, kosakata yang kita ucapkan atau kita tulis tidak tersusun begitu saja, melainkan mengikuti aturan yang ada. Untuk mengungkapkan gagasan, pikiran atau perasaan, kita harus memilih kata – kata yang tepat dan menyusun kata – kata itu sesuai aturan bahasa. Seperangkat aturan yang mendasari pemakaian bahasa, atau yang kita gunakan sebagai pedoman berbahasa inilah yang disebut tata bahasa.
B.     Fungsi bahasa
Fungsi utama bahasa, seperti disebutkan di atas, adalah sebagai alat komunikasi, atau sarana untuk menyampaikan informasi ( fungsi informatif ).
Tetapi, bahasa pada dasarnya lebih dari sekedar alat untuk menyampaikan informasi, atau mengutarakan pikiran, perasaan, atau gagasan, karena bahasa juga berfungsi :
1.      Untuk tujuan praktis : mengadakan hubungan dalam pergaulan sehari – hari.
2.      Untuk tujuan artistic : manusia mengolah dan menggunakan bahasa dengan seindah – indahnya guna pemuasan rasa estetika manusia.
3.      Untuk tujuan filologis : manusia mempelajari naskah – naskah tua guna menyelidiki latar belakang sejarah manusia.

C.     Kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia
               Sebagaimana kita ketahui dari uraian di atas, bahwa sesuai dengan ikrar Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928, bahasa Indonesia diangkat sebagai bahasa nasional, dan sesuai dengan bunyi UUD 1945, Bab XV, Pasal 36 bahasa Indonesia juga dinyatakan sebagai bahasa negara. Hal ini berarti bahwa bahasa Indonesia mempunyai kedudukan baik sebagai bahasa nasional dan bahasa Negara.
1.      Bahasa Nasional
Sehubungan dengan kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia memiliki empat fungsi. Keempat fungsi tersebut ialah :
a.       Sebagai lambang identitas nasional,
b.      Sebagai lambang kebanggaan nasional,
c.       Sebagai alat pemersatu berbagai masyarakat yang mempunyai latar belakang sosial budaya dan bahasa yang berbeda – beda, dan
d.      Sebagai alat perhubungan antarbudaya dan daerah.

2.         Bahasa Negara
Berkaitan dengan statusnya sebagai bahasa Negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai :
a.       Bahasa resmi Negara
b.      Bahasa pengantar resmi di lembaga – lembaga pendidikan,
c.       Bahasa resmi dalam perhubungan tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta pemerintahan, dan
d.      Bahasa resmi di dalam pengembangan kebudayaan dan  pemanfaatan ilmu pengetahuan serta teknologi.

D.    Bahasa Indonesia Baku
               Bahasa Indonesia yang baku ialah bahasa Indonesia yang digunakan oleh cendekiawan dan yang dipakai sebagai tolak bandingan penggunaan bahasa yang dianggap benar. Ragam bahasa Indonesia yang baku ini biasanya ditandai oleh adanya sifat kemantapan dinamis dan ciri kecendekiaan. Yang dimaksud kemantapan dinamis ialah, bahwa bahasa tersebut selalu mengikuti kaidah atau aturan yang tetap dan mantap namun terbuka untuk menerima perubahan yang bersistem. Ciri kecendekiaan bahasa baku dapat dapat dilihat dari kemampuannya dalam dalam mengungkapkan proses pemikiran yang rumit di berbagai bidang kehidupan dan ilmu pengetahuan. Bahasa baku dipakai dalam :
a.       Komunikasi resmi, seperti dalam surat – menyurat resmi, peraturan pengumuman instansi atau undang – undang.
b.      Tulisan ilmiah, seperti laporan penelitian, makalah, skripsi, disertasi dan buku – buku ilmu pengetahuan.
c.       Pembicaraan di muka umum, seperti khotbah, ceramah, pidato dan
d.      Pembicaraan dengan orang yang dihormati atau yang belum kenal.

ii.                  Sejarah Bahasa Indonesia

A.    Perkembangan Bahasa Indonesia Sebelum Kemerdekaan
               Pada dasarnya Bahasa Indonesia bersumber dari Bahasa Melayu. Bahasa Melayu menjadi bagian yang sangat penting pada zaman Kerajaan Sriwijaya, karena Bahasa Melayu dipakai sebagai bahasa penghubung antar suku di Nusantara dan sebagai bahasa yang digunakan dalam perdagangan antar pedagang, baik dalam maupun dari luar Nuantara.
Perkembangan dan pertumbuhan Bahasa melayu tampak lebih jelas dari berbagai bukti peninggalan – peninggalan, seperti ;
-          Prasasti Kedukan Bukit di Palembang pada tahun 683
-          Prasasti Talang Tuo, di Palembang tahun 684
-          Prasasti Kota Kapur, pada tahun 686 di Bangka Barat.
               Karena fungsinya sebagai bahasa perdagangan, bahasa Melayu mulai menyebar ke seluruh pelosok Nusantara bersama sama dengan penyebaran Agama Islam pada waktu itu. Akibatnya di seluruh Nusantara bahasa Melayu semakin berkembang dan semakin kokoh keberadaannya karena Bahsa Melayu mudah diterima oleh masyarakat Nusantara sebagai bahasa perhubungan antar pilau, antar suku, antar pedagang, dan antar bangsa.
               Perkembangan Bahasa Melayu di wilayah Nusantara mempengaruhi dan mendorong tumbuhnya rasa persaudaraan dan rasa persatuan bangsa Indonesia. Oleh karena itu pada tanggal 28 Oktober 1928 para pemuda Indonesia yang tergabung dalam perkumpulan pergerakan Revolusi Indonesia secara resmi mengangkat bahsa Melayu menjadi Bahasa Indonesia menjadi bahasa persatuan untuk seluruh bangsa Indonesia “ Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia ” (Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928 ).

B.     Perkembangan Bahasa Indonesia Sesudah Kemerdekaan
               Bahasa Indonesia lahir pada tanggal 28 Oktober 1928 pada peristiwa Sumpah Pemuda. Pada peristiwa ini diikrarkan bahwa pada point yang ketiga (Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia) bahasa Indonesia dijadikan sebagai bahasa persatuan. Dan selanjutnya pada tanggal 18 Agustus 1945 pada saat disahkan UUD 1945 bahasa Indonesia dikokohkan menjadi Bahasa Negara “ Bahasa Negara adalah Bahasa Indonesia“ (UUD 1945 pasal 36)
               Dan setelah Bahasa Indonesia ditetapkan sebagai bahasa persatuan dan Bahasa Negara, Bahasa Indonesia terus mengalami perkembangan dan memunculkan kata – kata baru, frase – frase baru yang memicu terjadinya ejaan - ejaan yang salah.
               Oleh karena itu untuk memberikan pedoman mengenai penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar untuk pertama kalinya EYD (Ejaan Yang Disempurnakan) disampaikan oleh Presiden Republik Indonesia melalui pidato kenegaraan di depan sidang DPR pada tanggal 16 Agustus 1972, dan dikuatkan dengan Keputusan Presiden no.57 tahun 1927. Selanjutnya pada tanggal 31 Agustus 1972 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan “ Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah “ resmi berlaku di Indonesia hingga pada saat ini.

iii.                Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)

Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) adalah ejaan Bahasa Indonesia yang berlaku sejak tahun 1972. Ejaan ini menggantikan ejaan sebelumnya, Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi.
Pada 23 Mei 1972, sebuah pernyataan bersama telah ditandatangani oleh Menteri Pelajaran Malaysia pada masa itu, Tun Hussien Onn dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Mashuri. Pernyataan bersama tersebut mengandung persetujuan untuk melaksanakan asas yang telah disepakati oleh para ahli dari kedua negara tentang Ejaan Baru dan Ejaan Yang Disempurnakan.
Pada tanggal 16 Agustus 1972, berdasarkan Keputusan Presiden No. 57, Tahun 1972, berlakulah sistem ejaan Latin (Rumi dalam istilah bahasa Melayu Malaysia) bagi bahasa Melayu dan bahasa Indonesia. Di Malaysia ejaan baru bersama ini dirujuk sebagai Ejaan Rumi Bersama (ERB).
Selanjutnya Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyebarluaskan buku panduan pemakaian berjudul "Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan".
Pada tanggal 12 Oktober 1972, Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, menerbitkan buku "Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan" dengan penjelasan kaidah penggunaan yang lebih luas.
Setelah itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat putusannya No. 0196/1975 memberlakukan "Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah".


Perbedaan - perbedaan antara EYD dan ejaan sebelumnya adalah:
• 'tj' menjadi 'c' : tjutji → cuci
• 'dj' menjadi 'j' : djarak → jarak
• 'oe' menjadi 'u' : oemoem -> umum
• 'j' menjadi 'y' : sajang → sayang
• 'nj' menjadi 'ny' : njamuk → nyamuk
• 'sj' menjadi 'sy' : sjarat → syarat
• 'ch' menjadi 'kh' : achir → akhir
• awalan 'di-' dan kata depan 'di' dibedakan penulisannya. Kata depan 'di' pada contoh "di rumah", "di sawah", penulisannya dipisahkan dengan spasi, sementara 'di-' pada dibeli, dimakan ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.

EYD mencakup penggunaan dalam 12 hal, yaitu penggunaan huruf besar (kapital), tanda koma, tanda titik, tanda seru, tanda hubung, tanda titik koma, tanda tanya, tanda petik, tanda titik dua, tanda kurung, tanda elipsis, dan tanda garis miring.
1. Penggunaan Huruf Besar atau Huruf Kapital
a. Huruf pertama kata ganti "Anda"
- Ke mana Anda mau pergi Bang Toyib?
- Saya sudah menyerahkan uang itu kepada Anda setahun yang lalu untuk dibelikan PS3.

b. Huruf pertama pada awal kalimat.
- Ayam kampus itu sudah ditertibkan oleh aparat pada malam jumat kliwon kemarin.
- Anak itu memang kurang ajar.
- Sinetron picisan itu sangat laku dan ditonton oleh jutaan pemirsanya sedunia.



c. Huruf pertama unsur nama orang
- Yusuf Bin Sanusi
- Albert Mangapin Sidabutar
- Slamet Warjoni Jaya Negara

d. Huruf pertama untuk penamaan geografi
- Bunderan Senayan
- Jalan Kramat Sentiong
- Sungai Ciliwung

e. Huruf pertama petikan langsung
- Pak kumis bertanya, "Siapa yang mencuri jambu klutuk di kebunku?"
- Si panjul menjawab, "Aku tidak Mencuri jambu klutuk, tetapi yang kucuri adalah jambu monyet".
- "Ngemeng aja lu", kata si Ucup kepada kawannya si Maskur.

f. Huruf pertama nama jabatan atau pangkat yang diikuti nama orang atau instansi.
- Camat Pesanggrahan
- Profesor Zainudin Zidane Aliudin
- Sekretaris Jendral Departemen Pendidikan Nasional

g. Huruf Pertama pada nama Negara, Pemerintahan, Lembaga Negara, juga Dokumen (kecuali kata dan).
- Mahkamah Internasional
- Republik Rakyat Cina
- Badan Pengembang Ekspor Nasional
2. Tanda Koma (,)
a. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.
 Misalnya:
• Saya membeli kertas, pena, dan tinta
• Surat biasa, surat kilat, ataupun surat khusus memerlukan perangko.
• Satu, dua, ... tiga!

b. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi atau melainkan.
 Misalnya:
• Saya ingin datang, tetapi hari hujan.
• Didi bukan anak saya, melainkan anak Pak Kasim.

c. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya.
 Misalnya:
• Kalau hari hujan, saya tidak akan datang.
• Karena sibuk, ia lupa akan janjinya.

d. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mengiringi induk kalimatnya.
 Misalnya:
• Saya tidak akan datang kalau hari hujan.
• Dia lupa akan janjinya karena sibuk.
• Dia tahu bahwa soal itu penting.
e. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu, akan tetapi.
 Misalnya:
• ... Oleh karena itu, kita harus berhati-hati.
• ... Jadi, soalnya tidak semudah itu.

f. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan dari kata yang lain yang terdapat di dalam kalimat.
 Misalnya:
• O, begitu?
• Wah, bukan main!
• Hati-hati, ya, nanti jatuh.

g. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat. Misalnya:
 • Kata Ibu, "Saya gembira sekali."
• "Saya gembira sekali," kata Ibu, "karena kamu lulus."

h. Tanda koma dipakai di antara
(i) nama dan alamat,
(ii) bagian-bagian alamat,
(iii) tempat dan tanggal, dan
(iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
 Misalnya:
• Surat-surat ini harap dialamatkan kepada Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jalan Raya Salemba 6, Jakarta.
• Sdr. Abdullah, Jalan Pisang Batu 1, Bogor
• Surabaya, 10 mei 1960
• Kuala Lumpur, Malaysia

i. Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka. Misalnya:
• Alisjahbana, Sutan Takdir. 1949 Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia. Jilid 1 dan 2. Djakarta: PT Pustaka Rakjat.

j. Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki. Misalnya:
• W.J.S. Poerwadarminta, Bahasa Indonesia untuk Karang-mengarang (Yogyakarta: UP Indonesia, 1967), hlm. 4.

k. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga. Misalnya:
• B. Ratulangi, S.E.
• Ny. Khadijah, M.A.

l. Tanda koma dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka. Misalnya:
• 12,5 m
• Rp12,50

m. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi. Misalnya
• Guru saya, Pak Ahmad, pandai sekali.
• Di daerah kami, misalnya, masih banyak orang laki-laki yang makan sirih.
n. Tanda koma dapat dipakai—untuk menghindari salah baca—di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat. Misalnya:
• Dalam pembinaan dan pengembangan bahasa, kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh.
• Atas bantuan Agus, Karyadi mengucapkan terima kasih.

 Bandingkan dengan:
• Kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh dalam pembinaan dan pengembangan bahasa.
• Karyadi mengucapkan terima kasih atas bantuan Agus.

o. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru. Misalnya:
• "Di mana Saudara tinggal?" tanya Karim.
• "Berdiri lurus-lurus!" perintahnya.

3. Tanda Titik (.)
a. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
 Misalnya:
• Ayahku tinggal di Solo.
• Biarlah mereka duduk di sana.
• Dia menanyakan siapa yang akan datang.
• Hari ini tanggal 6 April 1973.
• Marilah kita mengheningkan cipta.
• Sudilah kiranya Saudara mengabulkan permohonan ini.
b. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar. Misalnya:
a. III. Departemen Dalam Negri
 A. Direktorat Jendral Pembangunan Masyarakat Desa
 B. Direktorat Jendral Agraria
b. 1. Patokan Umum
 1.1 Isi Karangan
 1.2 Ilustrasi
 1.2.1 Gambar Tangan
 1.2.2 Tabel
 1.2.3 Grafik


 Catatan:
Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan atau ikhtisar jika angka atau huruf itu merupakan yang terakhir dalam deretan angka atau huruf.
c. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu. Misalnya:
• pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik)

d. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan jangka waktu. Misalnya:
• 1.35.20 jam (1 jam, 35 menit, 20 detik)
• 0.20.30 jam (20 menit, 30 detik)
• 0.0.30 jam (30 detik)

e. Tanda titik dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya dan tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka.
 Misalnya:
• Siregar, Merari. 1920. Azab dan Sengsara. Weltevreden: Balai Poestaka.

f. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya.
 Misalnya:
• Desa itu berpenduduk 24.200 orang.
• Gempa yang terjadi semalam menewaskan 1.231 jiwa.
 Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah. Misalnya:
• Ia lahir pada tahun 1956 di Bandung.
• Lihat halaman 2345 dan seterusnya.
• Nomor gironya 5645678.

g. Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya. Misalnya:
• Acara Kunjungan Adam Malik
• Bentuk dan Kedaulatan (Bab I UUD'45)
• Salah Asuhan

h. Tanda titik tidak dipakai di belakang
(1) alamat pengirim dan tanggal surat atau
(2) nama dan alamat penerima surat.
 Misalnya:
Jalan Diponegoro 82
Jakarta (tanpa titik)
1 April 1985 (tanpa titik)
Yth. Sdr. Moh. Hasan (tanpa titik)
Jalan Arif 43 (tanpa titik)
Palembang (tanpa titik)
Atau:
Kantor Penempatan Tenaga (tanpa titik)
Jalan Cikini 71 (tanpa titik)
Jakarta (tanpa titik)

4. Tanda Seru (!)
Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi yang kuat. Misalnya:
• Alangkah seramnya peristiwa itu!
• Bersihkan kamar itu sekarang juga!
• Masakan! Sampai hati juga ia meninggalkan anak-istrinya!
• Merdeka!

5.Tanda Hubung (–)
a. Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh penggantian baris. Misalnya:
• Di samping cara-cara lama itu ada ju-
 ga cara yang baru.
 Suku kata yang berupa satu vokal tidak ditempatkan pada ujung baris atau pangkal baris.


 Misalnya:
Beberapa pendapat mengenai masalah itu
telah disampaikan ....
Walaupun sakit, mereka tetap tidak mau
beranjak ....
atau
Beberapa pendapat mengenai masalah
itu telah disampaikan ....
Walaupun sakit, mereka tetap tidak
mau beranjak ....
bukan
Beberapa pendapat mengenai masalah i-
tu telah disampaikan ....
Walaupun sakit, mereka tetap tidak ma-
u beranjak ....

b. Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya atau akhiran dengan bagian kata di depannya pada pergantian baris.
 Misalnya:
• Kini ada cara yang baru untuk meng-
ukur panas.
• Kukuran baru ini memudahkan kita me-
ngukur kelapa.
• Senjata ini merupakan alat pertahan-
an yang canggih.
 Akhiran -i tidak dipenggal supaya jangan terdapat satu huruf saja pada pangkal baris.

c. Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang.
 Misalnya:
• anak-anak, berulang-ulang, kemerah-merahan.
 Angka 2 sebagai tanda ulang hanya digunakan pada tulisan cepat dan notula,dan tidak dipakai pada teks karangan.

d. Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian tanggal.
 Misalnya:
p-a-n-i-t-i-a
8-4-1973

e. Tanda hubung boleh dipakai untuk memperjelas
(i) hubungan bagian-bagian kata atau ungkapan, dan (ii) penghilangan bagian kelompok kata.
 Misalnya:
• ber-evolusi
• dua puluh lima-ribuan (20 x 5000)
• tanggung jawab-dan kesetiakawanan-sosial
 Bandingkan dengan:
• be-revolusi
• dua-puluh-lima-ribuan (1 x 25000)
• tanggung jawab dan kesetiakawanan social

f. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan
(i) se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital,
(ii) ke- dengan angka,
(iii) angka dengan -an,
(iv) singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata, dan
(v) nama jabatan rangkap
 Misalnya
• se-Indonesia, se-Jawa Barat, hadiah ke-2, tahun 50-an, mem-PHK-kan, hari-H, sinar-X, Menteri-Sekretaris Negara

g. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing.
 Misalnya:
di-smash, pen-tackle-an

6. Tanda Titik Koma (;)
a. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimatyang sejenis dan setara. Misalnya:
• Malam makin larut; pekerjaan belum selesai juga.

b. Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk. Misalnya:
• Ayah mengurus tanamannya di kebun itu; Ibu sibuk bekerja di dapur; Adik menghapal nama-nama pahlawan nasional; saya sendiri asyik mendengarkan siaran "Pilihan Pendengar".


7. Tanda Tanya (?)
a. Tanda tanya dipakai pada akhir tanya. Misalnya:
• Kapan ia berangkat?
• Saudara tahu, bukan?

b. Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya. Misalnya:
Ia dilahirkan pada tahun 1683 (?).
Uangnya sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang.

8. Tanda Petik ("...")
a. Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah atau bahan tertulis lain. Misalnya:
• "Saya belum siap," kata Mira, "tunggu sebentar!"
• Pasal 36 UUD 1945 berbunyi, "Bahasa negara ialah Bahasa Indonesia."

b. Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat. Misalnya:
• Bacalah "Bola Lampu" dalam buku Dari Suatu Masa, dari Suatu Tempat.
• Karangan Andi Hakim Nasoetion yang berjudul "Rapor dan Nilai Prestasi di SMA" diterbitkan dalam Tempo.
• Sajak "Berdiri Aku" terdapat pada halaman 5 buku itu.

c. Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus. Misalnya:
• Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara "coba dan ralat" saja.
• Ia bercelana panjang yang di kalangan remaja dikenal dengan nama "cutbrai".

d. Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung.
 Misalnya:
• Kata Tono, "Saya juga minta satu."

e. Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada ujung kalimat atau bagian kalimat. Misalnya:
• Karena warna kulitnya, Budi mendapat julukan "Si Hitam".
• Bang Komar sering disebut "pahlawan"; ia sendiri tidak tahu sebabnya.
Catatan:
Tanda petik pembuka dan tanda petik penutup pada pasangan tanda petik itu ditulis sama tinggi di sebelah atas baris.

9. Tanda Titik Dua (:)
a. Tanda titik dua dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian atau pemerian. Misalnya:
• Kita sekarang memerlukan perabotan rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.
• Hanya ada dua pilihan bagi pejuang kemerdekaan itu: hidup atau mati.

 Tanda titik dua tidak dipakai jika rangkaian atau perian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan Misalnya:
• Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.
• Fakultas itu mempunyai Jurusan Ekonomi Umum dan Jurusan Ekonomi Perusahaan.





b. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
 Misalnya:
a. Ketua
Sekretaris
Bendahara :
 :
 : Ahmad Wijaya
S. Handayani
B. Hartawan
b. Tempat Sidang
Pengantar Acara
Hari
Waktu :
 :
 :
 : Ruang 104
Bambang S.
Senin
09.30
c. Tanda titik dua dapat dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan.
 Misalnya:
 Ibu : (meletakkan beberapa kopor) "Bawa kopor ini, Mir!"
Amir : "Baik, Bu." (mengangkat kopor dan masuk)
Ibu : "Jangan lupa. Letakkan baik-baik!" (duduk di kursi besar)

d. Tanda titik dua dipakai:
(i) di antara jilid atau nomor dan halaman,
(ii) di antara bab dan ayat dalam kitab suci,
(iii) di antara judul dan anak judul suatu karangan, serta
(iv) nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan.
 Misalnya:
Tempo, I (1971), 34:7
Surah Yasin:9
Karangan Ali Hakim, Pendidikan Seumur Hidup: Sebuah Studi, sudah terbit.
Tjokronegoro, Sutomo, Tjukupkah Saudara membina Bahasa Persatuan Kita?, Djakarta: Eresco, 1968.

10. Tanda Kurung ((...))
a. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan.
 Misalnya:
• Bagian Perencanaan sudah selesai menyusun DIK (Daftar Isian Kegiatan) kantor itu.
b. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan.
 Misalnya:
• Sajak Tranggono yang berjudul "Ubud" (nama tempat yang terkenal di Bali) ditulis pada tahun 1962.
• Keterangan itu (lihat Tabel 10) menunjukkan arus perkembangan baru dalam pasaran dalam negeri.
c. Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan.
 Misalnya:
• Kata cocaine diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kokain(a).
• Pejalan kaki itu berasal dari (kota) Surabaya.

d. Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan keterangan.
 Misalnya:
• Faktor produksi menyangkut masalah (a) alam, (b) tenaga kerja, dan (c) modal.

11. Tanda Elipsis (...)
a. Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus.
 Misalnya:
• Kalau begitu ... ya, marilah kita bergerak.
b. Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang dihilangkan.
 Misalnya:
• Sebab-sebab kemerosotan ... akan diteliti lebih lanjut.
Catatan:
Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu dipakai empat buah titik; tiga buah untuk menandai penghilangan teks dan satu untuk menandai akhir kalimat.
Misalnya:
Dalam tulisan, tanda baca harus digunakan dengan hati-hati ....







12. Tanda Garis Miring (/)
a. Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.
 Misalnya:
No. 7/PK/1973
Jalan Kramat III/10
tahun anggaran 1985/1986

b. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata atau, tiap.
 Misalnya:
dikirimkan lewat darat/laut (dikirimkan lewat darat atau laut)
harganya Rp25,00/lembar (harganya Rp25,00 tiap lembar)

iv.                Penulisan Karya Ilmiah


A.    Pengertian Karya Ilmiah
Karya ilmiah adalah suatu karangan atau tulisan yang diperoleh sesuai dengan sifat keilmuannya dan didasari oleh hasil pengamatan, peninjauan, penelitian dalam bidang tertentu, disususn menurut metode tertentu, dengan sistematika penulisan yang mengikuti kaidah bahasa yang benar dan isinya dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya/ keilmiahannya “ Eko Susilo, M. 1995:11 ”

B.     Ciri – Ciri Karya Ilmiah
Secara ringkas, ciri – ciri karya ilmiah dapat diuraikan sebagai berikut :
1.                  Sistematis
Uraian pada karya ilmiah dikatakan sistematis apabila mengikuti pola pengembangan tertentu, misalnya pola urutan, klasifikasi, kausalitas, dan sebagainya. Dengan cara demikian  pembaca akan bisa mengikutinya dengan mudah alur uraiannya.
2.         Obyektif
Keobyektifan ini tampak pada setiap fakta dan data yang diungkapkan berdasarkan kenyataan yang sebernarnya, tidak dibuat – buat dan dimanipulasi. Juga setiap pernyataan dan kesimpulan yang disampaikan berdasarkan bukti – bukti yang bisa dipertanggungjawabkan. Dengan demikian siapapun dapat mengecek/ memverifikasi kebenaran dan keabsahannya.

3.         Cermat, Tepat dan Benar
Maksudnya adalah dalam pemilihan kata maupun penyampaian kalimat di dalam penyusunan karya ilmiah digunakan bahasa baku dan formal yang tepat dan cermat sehingga kalimat yang tersusun mempunyai makna yang jelas dan akurat dan tidak terlalu panjang dan membingungkan.

4.                  Netral
Kenetralan ini bisa terlihat pada setiap pernyataan atau penilaian bebas dari kepentingan - kepentingan tertentu baik kepentingan pribadi maupun kelompok. Oleh karena itu pernyataan – pernyataan yang bersifat mengajak, membujuk atau mempengaruhi pembaca perlu dihindarkan.

5.                   Menyajikan Fakta Bukan Emosi atau Perasaan
Setiap pernyataan, uraian, atau simpulan dalam karya ilmiah harus factual, yaitu menyajikan fakta. Oleh karena itu, pernyataan atau ungkapan yang emosional (menggebu- gebu seperti orang kampanye, perasaan sedih seperti orang berkabung, perasaan senang seperti orang mendapatkan hadiah, dan  perasaan marah seperti orang bertengkar) hendaknya dihindarkan.

6.                  Tidak Pleonastis
Maksudnya adalah kata – kata yang digunakan tidak berlebihan dan apa adanya. Kata – katanya jelas dan tidak berbelit – belit (langsung tepat menuju sasaran).




C.     Tujuan Karya Ilmiah
Dalam pembuatan Karya Ilmiah memilki tujuan yang beragam, namun secara umum pembuatan karya Ilmiah mempunyai tujuan sebagai berikut :
1.      Memberi penjelasan
2.      Memberi penilaian/ komentar
3.      Memberi saran
4.      Menyampaikan sanggahan
5.      Menguji kebenaran hipotesis
6.      Membuat suatu rancangan.
Adapun isi dari suatu Karya Ilmiah adalah sebagai berikut :
a.       Mengenali dan merumuskan suatu permasalahan.
b.      Menyusun kerangka berfikir dalam rangka penarikan hipotesis
c.       Merumuskan hipotesis (dugaan sementara)
d.      Menguji hipotesis
e.       Menarik kesimpulan
Karya Ilmiah juga terbagi menjadi beberapa jenis diantaranya adalah :
-          Skripsi
Skripsi adalah karya tulis mahasiswa untuk melengkapi syarat untuk mendapatkan gelar sarjana (S1). Skripsi ditulis berdasarkan pendapat (teori) orang lain. Pendapat tersebut didukung data dan fakta empiris obyektif, baik berdasarkan penelitian langsung ; observasi di lapangan atau penilitian di laboratorium, atau study pustaka. Skripsi menuntut kecermatan metodologi hingga menggaransi  kea rah sumbangan material berupa penemuan baru.
-          Tesis
Tesis adalah karya ilmiah yang jenis bobot ilmiahnya lebih dalam dan tajam disbanding skripsi. Ditulis untuk menyelesaikan program pascasarjana. Dalam penulidsannya dituntut kemampuan dalam menggunakan istilah teknis; dari istilah sampai tabel, dari abstrak sampai bibliografi. Artinya, kemampuan mandiri sekalipun dipandu oleh dosen  pembimbing menjadi hal yang sangat mendasar. Sekalipun pada dasarnya sama dengan skripsi, tesis lebih dalam, tajam dan dilakukan mandiri.
-          Disertasi
Disertasi ditulis berdasarkan penemuan orisinil dimana penulis mengemukakan dalil yang dibuktikan berdasarkan fakta dan data yang valid dengan analisis terperinci. Disertasi memuat penemuan – penemuan baru, pandangan baru yang filosofis, teknik atau metode baru tentang sesuatu sebagai cerminan pengembangan ilmu yang dikajidalam taraf yang tinggi.
v.                  Proposal Kegiatan

A.    Pengertian
Proposal adalah suatu  rencana, gagasan atau ide yang dituangkan dalam bentuk rancangan kerja yang sifatnya untuk memaparkan suatu rencana yang kemudian digunakan sebagai bahan untuk pemintaan persetujuan. Sedangkan pengertian Proposal Kegiatan adalah suatu usulan, gagasan atau ide rencana kegiatan yang akan dilaksanakan pada waktu dan momentum tertentu. Tujuan pembuatan proposal kegiatan ini adalah  untukmenjelaskan informasi suatu rencana kegiatan dengan penjelasan yang lengkap tentang apa jenis kegiatan – kegiatan tersebut, untuk memperoleh bantuan  dana, memperoleh dukungan dan  memperoleh perizinan
B.     Isi Proposal Kegiatan
Secara umum Proposal Kegitan tersususn seperti berikut :
1.      Halaman Judul
2.      Latar belakang
3.      Tujuan kegiatan
4.      Nama dan Tema Kegiatan
5.      Bentuk Kegiatan
6.      Peserta
7.      Penyelenggara
8.      Jadwal dan Lokasi Kegiatan
9.      Susunan Acara
10.  Susunan Panitia
11.  Rencana Anggaran
12.  Penutup
13.  Penawaran Kerjasama (Sponsorship)
14.  Lampiran
Penjelasan susunan Proposal :
-          Halaman Judul
Berisi nama/ judul kegiatan, lokasi dan waktu penyelenggaraan kegiatan, dan penyelenggara yang berinisiatif merencanakan.
-          Latar Belakang
Latar Belakang berisi tentang alasan ‘ mengapa” kegiatan tersebut dilaksanakan.
Latar belakang biasanya berisi 3 bagian yaitu bagian pendahuluan, bagian isi dan bagian penutup yang pola kali matnya dari kalimat/ maksud umum ke kalimat/ maksud  khusus.

-          Tujuan Kegiatan
Berisi alasan “untuk apa” kegiatan tersebut direncanakan.
Tujuan dapat terdiri dari minimal 1 tujuan atau lebih yang berurutan dari tujuan yang paling penting hingga tujuan yang kurang penting.
-          Nama dan Tema kegiatan
Berisi nama/judul kegiatan dan tema yang diangkat dalam kegiatan. Contoh :
Nama kegiatan : “Lomba Lingkungan Sehat Tingkat Kelurahan Sukamakmur 2013”
Tema : “Lingkungann sehat”.
-          Bentuk Kegiatan
Berisi tentang format/ bentuk sajian kegiatan. Contoh : Lomba Lingkungan Sehat, Penyuluhan Bahaya Narkoba dll.
-          Peserta
Berisi keterangan tentang “siapa dan jumlah” yang akan ikut dalam kegiatan.
-          Penyelenggara
Berisi keterangan siapa yang menjadi penyelenggara kegiatan. Biasanya penyelenggara ini adalah suatu kelompok organisasi atau kumpulan yang hendak melaksanakan kegiatan karena alasan tertentu.
-          Jadwal dan Lokasi kegiatan
Berisi keterangan “kapan dan dimana” kegiatan akan dilaksanakan.
-          Susunan acara
Berisi uraian susunan acara/ pelaksanaan kegiatan dari saat mulai sampai selesai.
-          Susunan panitia
Berisi susunan kepanitiaan yang telah dibentuk.
-          Rencana Anggaran
Berisi rincian pemasukkan, pengeluaran dan kebutuhan dana yang masih diperlukan. Disusun secara sederhana tetapi tetap menggunakan prinsip penyusunan keuangan.

-          Penutup
Berisi kalimat yang menyatakan harapan agar banyak pihak dapat tertarik untuk mendukung kegiatan. Ditandatangani oleh ketua Pelaksana/ Ketua Panitia dan mengetahui Penanggung jawab kegiatan.
-          Penawaran Kerjasama (Sponsorship)
Berisi tentang bentuk – bentuk penawaran kerjasama kepada pihak sponsor.
-          Lampiran
Lampiran berisi tentang hal – hal yang perlu di lampirkan. Contoh :
Susunan Panitia : karena panitia yang terlalu banyak lebih baik diletakkan di lampiran saja.

vi.                Proposal Penelitian

A.    Pengertian
Proposal penelitian merupakan perumusan pernyataan dari calon peneliti mengenai
apa yang ingin diketahui serta apa yang akan dikerjakannya terkait dengan apa yang
ingin diketahui tersebut.

B.  Teknik Penyusunan Proposal Penelitian
            Dalam penyusunan Proposal Penelitian ada beberapa bagian penting dalam penyusunannya, diantaranya sebagai berikut :
1. HALAMAN JUDUL
            Halaman judul memuat : judul, jenis laporan, lambang Perguruan Tinggi, nama dan NIM, nama jurusan, nama program studi, nama perguruan tinggi dan tahun pengajuan.
            Judul Usulan Penelitian : Judul hendaknya dibuat singkat dan jelas, menggambarkan konsep dan topik dari penelitian dan menggambarkan adanya keterkaitan antara variable, lokasi penelitian dan tahun penelitian. Diketik dengan menggunakan huruf kapital, tidak boleh disingkat dan format ketikan dalam bentuk piramida terbalik ( V ).
Jenis Laporan : Jenis laporan adalah usulan penelitian.
Lambang Institusi Perguruan Tinggi
Nama mahasiswa dan NIM
Nama Jurusan
Nama Program Studi
Nama Perguruan Tinggi
Tahun Pengajuan : Tahun pengajuan adalah tahun dimana usulan penelitian tersebut diajukan.
2.   HALAMAN PERSETUJUAN
Halaman persetujuan memuat : judul usulan penelitian, persetujuan dosen pembimbing beserta tanda tangan dan waktu persetujuan
3.   DAFTAR ISI
Daftar Isi merupakan daftar yang menunjukkan isi bagian-bagian dalam skripsi maupun sub-sub bagiannya beserta nomor halamannya.
4.   ISI
Dibagian isi terdiri dari beberapa bab dan dari beberapa bab tersebut masih terdapat beberapa sub bab.
Ø  BAB I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
            Latar belakang memuat: gambaran tema permasalahan di lokasi penelitian yang akan dibahas dan berkaitan dengan penelitian yang akan dijalankan, diuraikan dari masalah yang luas ke arah masalah yang khusus. Oleh karena itu diperlukan data studi awal di lokasi tempat penelitian.
Ada 4 kriteria latar belakang yang baik:
Adanya “seriousness of problem”,
Adanya “sense of urgency” ( masalah yang harus segera ditangani
Adanya “political will” (kebijaksanaan dari organisasi atau politis
Adanya “manage – ability” ( direkomendasikan oleh pihak manajemen ).
Latar belakang ini juga harus mampu menjawab pertanyaan “mengapa memilih topik tersebut”
2. Perumusan Masalah
            Perumusan masalah dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya yang tegas dan jelas, serta menggambarkan arah hubungan antar dua variabel atau lebih. Misalnya adakah, apakah, bagaimanakah, dan lainnya.
3.    Batasan Masalah
            Batasan masalah adalah pembatasan ruang lingkup yang dilakukan dalam penelitian, dimana pembatasan tersebut meliputi: tema/topik, area atau wilayah yang diteliti, sumber informasi, lokasi penelitian serta waktu penelitian
4.    Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian meliputi :
a.    Tujuan Umum ; Meliputi tujuan yang akan dicapai secara menyeluruh yang dapat menjawab tema / judul penelitian
b.    Tujuan Khusus ; Meliputi jabaran atau rincian dari tujuan umum secara operasional sesuai dengan perumusan dan pembatasan masalah. Tujuan khusus akan menggambarkan hasil dan pembahasan yang akan diperoleh dari penelitian ini.
5.    Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian meliputi:
1) manfaat bagi pengguna (user),
2) pengembangan keilmuan,
3) bagi peneliti, sehingga scara khusus hasil penelitian memberikan masukan bagi si peneliti, masyarakat, instansi terkait dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta diharapkan dapat dijadikan pertimbangan sebuah kebijakan
6.    Keaslian Penelitian
            Keaslian penelitian mencerminkan kemampuan mahasiswa untuk menelusuri dan mengidentifikasi penelitian terdahulu yang relevan dengan topik penelitian yang dilakukannya.Setiap penelitian dilakukan dalam konteks lingkungan yang berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya, sekalipun penelitian tersebut merupakan replikasi penelitian sebelumnya. Pernyataan tentang keaslian penelitian meliputi identifikasi persamaan penelitian sebelumnya yang sangat relevan dan perbedaannya dengan penelitian yang akan dilakukannya.

Perbedaan dan persamaan penelitian dengan penelitian terdahulu dapat meliputi : kerangka teori, penerapan teori dalam situasi spesifik atau populasi khusus atau generalisasi teori pada populasi yamg lebih luas, kerangka konsep, rancangan penelitian, instrument penelitian, dan teknik analisis atau pemodelan data. Penyajiannya dapat dalam bentuk matriks persamaan dan perbedaan penelitian sebelunya.

Ø  BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
            Tinjauan pustaka merupakan penelusuran kepustakaan untuk mengidentifikasi makalah dan buku yang bermanfaat dan ada hubungannya dengan penelitian yang dilakukan serta merujuk pada semua hasil penelitian terdahulu pada bidang tersebut. Tinjauan pustaka disusun berdasarkan tujuan penelitian, pertanyaan penelitian dan masalah yang akan dipecahkan. Sumber yang dipakai dalam tinjauan pustaka harus disebutkan dengan mencantumkan nama penulis dan tahun terbit dengan model Vancouver. Format penyajiannya dimulai tinjuan teori untuk variabel independen, variabel dependen dan keterkaitan antar variabel yang diteliti dengan mengacu pada penelitian sebelumnya.
a. Landasan Teori
            Landasan teori menguraikan kerangka teori yang merujuk pada referensi berbagai ahli tertentu maupun berbagai teori-teori yang ada yang nantinya akan mendasari hasil dan pembahasan secara detail, dapat berupa definisi-definisi atau model matematis yang langsung berkaitan dengan tema atau masalah yang diteliti. Teori-teori yang dirujuk harus mengacu pada variabel-variabel yang diteliti. Dimulai dari penjelasan tema, variabel independen dan variabel dependennya atau faktor-faktor yang diteliti serta dijelaskan teori-teori tersebut untuk mendukung hipotesis yang akan diajukan.
b.    Kerangka Teori
            Kerangka teori terdiri dari teori-teori atau isu-isu dimana penelitian kita terlibat di dalamnya dan memberikan panduan pada saat peneliti membaca pustaka.Kerangka teori tidak dapat dikembangkan kalau peneliti belum mempelajari pustaka dan sebaliknya kalau peneliti belum mempunyai kerangka teori maka peneliti tidak akan dapat membaca pustaka dengan efektif.
c.    Kerangka Konsep Penelitian
            Kerangka konsep penelitian merupakan operasionalisasi keterkaitan antar variabel-variabel yang berasal dari kerangka teori dan biasanya berkonsentrasi pada satu bagian dari kerangka teori. Kerangka konsep menggambarkan aspek-aspek yang telah dipilih dari kerangka teori untuk dijadikan dasar masalah penelitiannya. Jadi kerangka konsep timbul dari kerangka teori dan berhubungan dengan masalah penelitian yang spesifik.

d. Hipotesis
            Hipotesis memuat : pernyataan singkat yang disimpulkan dari landasan teori atau tinjauan pustaka dan merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang dihadapi. Hipotesis tidak selalu harus ada tergantung pada jenis dan tujuan penelitian. Oleh karena itu hipotesis harus diuji kebenarannya dan pengujiaannya harus mendasarkan pada kaidah-kaidah keilmuan (scientific methods) yang dapat dipertanggungjawabkan.
Ciri-ciri hipotesis yaitu :
Dinyatakan dalam bentuk pernyataan (statement) bukan kalimat tanya
Hipotesis hendaknya berkaitan dengan bidang ilmu yang akan diteliti
Hipotesis harus dapat diuji yaitu terdiri dari variable yang dapat diukur dan dapat dibanding-bandingkan sehingga diperoleh hasil yang obyektif
Hipotesis hendaknya sederhana dan terbatas ( tidak menimbulkan perbedaan pengertian dan tidak terlalu luas sifatnya )

Ø  BAB III. METODE PENELITIAN
            Metode penelitian memuat : jenis penelitian, populasi dan sample penelitian, lokasi dan waktu penelitian, hubungan variable dan definisi operasional, instrumen penelitian, pengumpulan dan pengolahan data, metode analisis data dan keterbatasan
a.   Jenis Penelitian
Berisi langkah-langkah yang akan diambil untuk membuktikan kebenaran hipotesis.
b.    Populasi dan Sample
Berisi cara pengambilan sample, besar sample, cara pengumpulan sample, teknik penarikan sample.
            Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian atau wilayah generalisasi yang terdiri dari subyek maupun obyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan. Populasi bukan hanya orang, tetapi semua benda yang memiliki sifat atau cirri yang bisa diteliti.
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut
c.    Lokasi dan Waktu Penelitian

Berisi mengenai tempat / lokasi penelitian beserta waktu yang dipergunakan melakukan penelitian
d.   Variabel
Berisi keterangan tentang variable atau factor yang diamati atau diteliti dalam suatu penelitian
e.    Definisi Operasional
            Menjelaskan bagaimana suatu variable akan diukur serta alat ukur apa yang digunakan untuk mengukurnya. Definisi ini mempunyai implikasi praktis dalam proses pengumpulan data. Definisi operasional mendiskripsikan variable sehingga bersifat spesifik (tidak berintegrasi ganda), terukur, menunjukkan sifat atau macam variable sesuai dengan tingkat pengukurannya dan menunjukkan kedudukan variable dalam kerangka teoritis.
f.     Teknik Pengumpulan Data
            Berisi cara pengumpulan data yang dapat berupa data primer maupun data sekunder. Berdasarkan caranya pengumpulan data dapat berupa observasi, wawancara langsung, angket, pengukuran / pemeriksanaan
g.    Instrument Penelitian
            Instrument ( alat ukur ) penelitian dapat berupa kuesioner, cek list yang digunakan sebagai pedoman observasi dan wawancara atau angket
h.    Teknik Pengolahan Data
            Berisi cara pengolahan data yang akan dilakukan peneliti sehingga data hasil penelitian dapat menjadi informasi yang dapat digunakan untuk mengambil kesimpulan penelitian
i.     Metode Analisis Data
            Metode analisa data menjelaskan bagaimana seorang peneliti mengubah data hasil penelitian menjadi informasi yang dapat digunakan untuk mengambil kesimpulan penelitian. Kegiatan analisa data ini meliputi : persiapan, tabulasi dan aplikasi data. Pada tahap analisa data inidapat menggunakan uji statistik jika memang data dlam penelitian tersebut harus diuji dengan uji statistic

j.   Keterbatasan
            Dalam setiap penelitian pasti mempunyai kelemahan-kelemahan dimana kelemahan tersebut ditulis dalam keterbatasan. Dalam bab ini disajikan keterbatasan peneliti secara teknis yang mungkin mempunyai dampak secara metodologis maupun substantif, seperti : keterbatasan pengambilan sampel, keterbatasan jumlah sampel, keterbatasan instrumen penelitian, keterbatasan waktu dan sebagainya

5.   DAFTAR PUSTAKA
            Daftar Pustaka merupakan keterangan tentang bacaan yang dijadikan sebagai bahan rujukan dari penulisan skripsi. Dalam daftar pustaka dapat dimasukkan tentang pustaka dari buku teks, jurnal, artikel, internet atau kumpulan karangan lain.
6.    LAMPIRAN
            Lampiran memuat : keterangan atau informasi yang diperlukan pada pelaksanaan penelitian seperti : peta, surat penelitian, kuesioner, atau data lain yang sifatnya melengkapi usulan atau proposal penelitian.

vii.              Kalimat Efektif

A.  Pengertian
            (Wiyanto, 2004:48) Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat menyampaikan pesan (informasi) secara singkat, lengkap, dan mudah diterima oleh pendengar. Yang dimaksud singkat adalah hemat dala penggunaan kata-kata. Hanya kata-kata yang diperlukan yang digunakan. Sebaliknya, kata-kata yang mubadzir tidak perlu digunakan.Penggunaan kata-kata mubadzir berarti pemborosan. Hal itu tentu bertentangan dengan prinsip kalimat efektif yang hemat.
            Meskipun hemat dalam penggunaan kata, Kalimat efektif tetap harus lengkap, Artinya kalimat itu harus disampaikan. Sedemikian lengkapnya sehingga kalimat efektif mampu menimbulkan pengaruh, meninggalkan kesan, atau menghasilkan akibat. Selanjutnya, kalimat efektif harus dapat dipahami pendengar dengan cara yanng mudah dan menarik. Selain itu, kalimat efektif harus mematuhi kaidah struktur bahasa dan mencerminkan cara berpikir yang masuk akal (logis).

B. Syarat-syarat kalimat efektif
1. Koherensi
            Yaitu hubungan timbal-balik yang baik dan jelas antara unsur-unsur (kata atau kelompok kata) yang membentuk kata itu. Setiap bahasa memiliki kaidah-kaidah tersendiri bagaimana mengurutkan gagasan tersebut. Ada bagian-bagian kalimat yang memiliki hubungan yang lebih erat sehingga tidak boleh dipisahkan, ada yang lebih renggang kedudukannya sehingga boleh ditempatkan dimana saja, asal jangan disisipkan antara kata-kata atau kelompok-kelompok kata yang rapat hubungannya.

2. Kesatuan
            Syarat kalimat efektif haruslah mempunyai struktur yang baik. Artinya, kalimat itu harus memiliki unsure-unsur subyek dan predikat, atau bisa ditambah dengan obyek, keterangan, dan unsure-unsur subyek, predikat, obyek, keterangan, dan pelengkap, melahirkan keterpautan arti yang merupakan cirri keutuhan kalimat.
Contoh: Ibu menata ruang tamu tadi pagi.
 S P Pel K
            Dari contoh tersebut, kalimat ini jelas maknanya, hubungan antar unsur menjadi jelas sehingga ada kesatuan bentuk yang membentuk kepaduan makna. Jadi, harus ada keseimbangan antara pikiran atau gagasan dengan struktur bahasa yang digunakan.
 3. Kehematan
            Kehematan yang dimaksud berupa kehematan dalam pemakaian kata, frase atau bentuk lainnya yang dianggap tidak diperlukan. Kehematan itu menyangkut soal gramatikal dan makna kata. Tidak berarti bahwa kata yang menambah kejelasan kalimat boleh dihilangkan. Berikut unsur-unsur penghematan yang harus diperhatikan:
Frase pada awal kalimat
Contoh :
Sulit untuk menentukan diagnosa jika keluhan hanya berupa sakit perut, menurut para ahli bedah.
Pengurangan subyek kalimat
Contoh:
 – Hadirin serentak berdiri setelah mereka mengetahui mempelai memasuki ruangan. (salah)

4. Paralelisme
            Paralelisme atau kesejajaran adalah kesamaan bentuk kata atau imbuhan yang digunakan dalam kalimat itu. Jika pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan verba. Jika kalimat pertama menggunakan kata kerja berimbuhan me-, maka kalimat berikutnya harus menggunakan kata kerja berimbuhan me- juga.
Contoh:
 Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (tidak efektif)
 Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan. (efektif)
 Anak itu ditolong kakak dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (efektif)
 Harga sembako dibekukan atau kenaikan secara luwes. (tidak efektif)
 Harga sembako dibekukan atau dinaikkan secara luwes. (efektif)

5. Penekanan
            Gagasan pokok atau misi yang ingin ditekankan oleh pembicara biasanya dilakukan dengan memperlambat ucapan, melirihkan suara, dan sebagainya pada bagian kalimat tadi. Dalam penulisan ada berbagai cara untuk memberikan penekanan yaitu :
Posisi dalam kalimat
            Untuk memberikan penekanan dalam kalimat, biasanya dengan menempatkan bagian itu di depan kalimat. Pengutamaan bagian kalimat selain dapat mengubah urutan kata juga dapat mengubah bentuk kata dalam kalimat.
Contoh :
 – Salah satu indikator yang menunjukkan tak efesiennya Pertamina, menurut pendapat Prof. Dr. Herman Yohanes adalah rasio yang masih timpang antara jumlah pegawai Pertamina dengan produksi minyak.
- Rasio yang masih timpang antara jumlah pegawai Pertamina dengan produksi minyak adalah salah satu indikator yagn menunjukkan tidak efisiennya Pertamina. Demikian pendapat Prof. Dr. Herman Yohanes.
Urutan yang logis
            Sebuah kalimat biasanya memberikan sebuah kejadian atau peristiwa. Kejadian yang berurutan hendaknya diperhatikan agar urutannya tergambar dengan logis. Urutan yang logis dapat disusun secara kronologis, dengan penataan urutan yang makin lama makin penting atau dengan menggambarkan suatu proses.
Contoh :
 – Kehidupan anak muda itu sulit dan tragis.

6. Kevariasian
            Untuk menghindari kebosanan dan keletihan saat membaca, diperlukan variasi dalam teks. Ada kalimat yang dimulai dengan subyek, predikat atau keterangan. Ada kalimat yang pendek dan panjang.
a). Cara memulai
Subyek pada awal kalimat.
Contoh:
 – Bahan biologis menghasilkan medan magnetis dengan tiga cara.
Predikat pada awal kalimat (kalimat inversi sama dengan susun balik)
Contoh:
 – Turun perlahan-lahan kami dari kapal yang besar itu.
Kata modal pada awal kalimat
Dengan adanya kata modal, maka kalimat-kalimat akan berubah nadanya, yang tegas menjadi ragu tau sebaliknya dan yagn keras menjadi lembut atau sebaliknya.
 Untuk menyatakan kepastian digunakan kata: pasti, pernah, tentu, sering, jarang, kerapkali, dan sebagainya.
 Untuk menyatakan ketidakpastian digunakan : mungkin, barangkali, kira-kira, rasanya, tampaknya, dan sebagainya.
 Untuk menyatakan kesungguhan digunakan: sebenarnya, sesungguhnya, sebetulnya, benar, dan sebagainya.
Contoh:
 – Sering mereka belajar bersama-sama.
b). Panjang-pendek kalimat.
            Tidak selalu kalimat pendek mencerminkan kalimat yang baik atau efektif, kalimat panjang tidak selalu rumit. Akan sangat tidak menyenangkan bila membaca karangan yang terdiri dari kalimat yang seluruhnya pendek-pendek atau panjang-panjang. Dengan menggabung beberapa kalimat tunggal menjadi kalimat majemuk setara terasa hubungan antara kalimat menjadi lebih jelas, lebih mudah dipahami sehingga keseluruhan paragraf merupakan kesatuan yang utuh.

c). Jenis kalimat.
            Biasanya dalam menulis, orang cenderung menyatakannya dalam wujud kalimat berita. Hal ini wajar karena dalam kalimat berita berfungsi untuk memberi tahu tentang sesuatu. Dengan demikian, semua yang bersifat memberi informasi dinyatakan dengan kalimat berita. Tapi, hal ini tidak berarti bahwa dalam rangka memberi informasi, kalimat tanya atau kalimat perintah tidak dipergunakan, justru variasi dari ketiganya akan memberikan penyegaran dalam karangan.
d). Kalimat aktif dan pasif.
            Selain pola inversi, panjang-pendek kalimat, kalimat majemuk dan setara, maka pada kalimat aktif dan pasif dapat membuat tulisan menjadi bervariasi.
e). Kalimat langsung dan tidak langsung.
            Biasanya yang dinyatakan dalam kalimat langsung ini adalah ucapan-ucapan yang bersifat ekspresif. Tujuannya tentu saja untuk menghidupkan paragraf. Kalimat langsung dapat diambil dari hasil wawancara, ceramah, pidato, atau mengutip pendapat seseorang dari buku.
7. Logis/Nalar
            Suatu kalimat dikatakan logis apabila informasi dalam kalimat tersebut dapat diterima oleh akal atau nalar. Logis atau tidaknya kalimat dilihat dari segi maknanya, bukan strukturnya. Kelogisan kalimat tampak pada gagasan dan pendukungnya yang dipaparkan dalam kalimat. Suatu kalimat dikatakan logis apabila gagasan yang disampaikan masuk akal, hubungan antar gagasan dalam kalimat masuk akal, dan hubungan gagasan pokok serta gagasan penjelas juga masuk akal.
Contoh kalimat salah nalar:
a. Waktu dan tempat dipersilahkan. (siapa yang dipersilahkan)
 b. Silakan maju ke depan. (maju selalu ke depan)
viii.            Pengembangan Paragraf

A. Pengertian
            Paragraf  disebut juga alinea. Kata tersebut merupakan kata  serapan dari kata Bahasa Inggris ‘Paragraph” .  Kata Inggris paragraph terbentuk dari kata Yunani “Para” yang berarti “Sebelum” dan “Grafein” yang artinya “Menulis atau Menggores’. Sedangkan kata “Alinea” berasal dari Bahasa Belanda yang berarti “mulai dari baris baru” (Abjad Sakri, 1992)
B.  PolaPengembangan Paragraf
Pola pengembangan paragar dibagi menjadi beberapa bagian antara lain adalah ;
1.    Pola pengembangan paragaf deduktif
Paragraf deduktif adalah  paragraf yang diawali dengan hal-hal yang bersifat umum dan diperjelas dengan hal-hal yang bersifat  khusus. Pada paragraf deduktif kalimat utamanya berada di awal paragraf
2.    Pola Pengembangan Paragaf Induktif,
            Paragraf induksi adalah paragraf yang dikembangkan mulai dengan hal-hal yang khusus  ke hal-hal yang umum. Paragraf induktif kalimat utamanya berada di akhir paragraf. Pola pengembangan paragraf induktif dibagi menjadi beberapa bagian antara lain :
a.    Generalisasi, Paragaraf yang dikembangkan dengan pola hubungan dari khusus ke umum
contoh:
Gelombang cinta merupakan salah satu jenis anthurium yang mempunyai harga mahal. Jenmani juga merupakan anthurium yang banyak dicari karena harganya yang fantastis. Selain karena harganya, jenmani dicari penggemar tanaman hiasa karena keindahan daunnya. Tidak hanya jenmani dan gelombang cinta yang dicari penggemar tanaman hias, namun semua jenis anthurium  ikut diburu penggemar tanaman hias karena memiliki harga yang tinggi
b.    Analogi, Paragraf yang dikembangkan dengan membandigkan dua atau lebih benda yang dianggap memiliki kesamaan kemudian menarik kesimpulan.
Contoh:
Gelombang cinta dapat dilihat dari gelombang daunnya. Indahnya gelombang cinta sama seperti gelombang air. Semakin banyak gelombang yang dihasilkan daunnya, semakin indah pula gelombang cinta. Begitu juga dengan gelombang air, semakin bergelombang air semakin indah untuk dinikmati. Dengan demikian, indahnya gelombang cinta dan air terletak pada gelombang yang dihasilkan
c.    Sebab-akibat, Paragraf yang dikembangkan berdasarkan huubungan sebab akibat. Dalam paragraph ini akibat bertindak sebagai gagasan pokok atau kesimpulan yang bersifat umum. Sebaliknya sebab bertindak sebagai gagasan penjelas atau perincian yang bersifat khusus.
Contoh :
Gelombang cinta memiliki daun yang bergelombang, harga gelombang cinta juga tinggi. Tidak hanya itu, kepopuleran gelombang cinta membuat orang ingin memilikinya. Tidak heran banyak orang ingin membudidayakan gelombang cinta.
d.    Akibat-sebab, Paragraf yang dikembangkan berdasarkan hubungan akibat sebab. Dalam paragrap ini sebab bertindak sebgai gagasasn pokok tau kesimpulan yang bersifat umum. Sebaliknya akibat bertindak sebagai gagasan penjelas atau perincian yang bersifat khusus.
Contoh :
Para pembeli gelombang cinta terpaksa berdesak-desakan di luar took. Mereka juga berdesak-desakan di dalam took. Mereka ada yang duduk, ada yang berdiri, ada pula yang antre. Bahkan, ada yang duduk beralaskan Koran. Mereka rela mengantre karena harga gelombang cinta di took itu sangat murah
3.    Pola Pengembangan Paragraf Campuran,
            Paragraf campuran adalah paragraf yang kalimat utamanya terletak di awal dan di akhir paragraf. Dalam paragraf ini terdapat dua kalimat utama. Dalam hal ini kalimat terakhir umumnya mengulangi gagasan yang dinyatakan kalimat pertama dengan sedikit penekanan dan variasi
4.    Pola pengembangan paragraf Naratif
Paragraf naratif adalah paragraf yang kalimat utamanya tersebar di seluruh bagian paragraf.
5.    Pola pengembangan paragraf Ineratif
Paragraf ineratif adalah paragraf yang kalimat utamanya terletak di tengah-tengah bagian paragraf (di antara awal dan akhir paragraf)
Contoh :
             Seminggu menjelang hari raya Idhul Fitri, kebutuhan masyarakat semakin meningkat. Mulai dari harga makanan pokok hingga sandang. Masyarakat khawatir jika tidak mempersiapkan kebutuhan hari raya dari sekarang, stok kebutuhan menjelang hari raya semakin sedikit. Seriring meningkatnya kebutuhan orang banyak, rupanya kekhawatiran masyarakat tersebut dimanfaatkan oleh para pedagang untuk meningkatkan harga kebutuhan pokok. Karena perbuatan pedagang yang seperti ini, terpaksa masyarakat harus membeli dengan harga tinggi.

ix.                Pengutipan

            Kutipan atau catatan pustaka adalah pernyataan atau keterangan yang diambil dari teks acuan. Fungsi kutipan adalah memperkuat pendapat atau ide yang dikemukakan dalam karya ilmiah dan sebagai pernyataan bahwa pendapat yang dikemukakan mempunyai dasar yang dapat dipertanggungjawabkan. Oleh sebab itu, pencantuman sumber dan pengarang yang pendapatnya dikutip dianggap sebagai pertanggungjawaban moral orang yang mengutip. Buku atau karya yang dikutip dalam kutipan harus ditulis dalam daftar rujukan.
            Ada beberapa teknik pengutipan dalam penulisan karya ilmiah. Teknik-teknik tersebut mempunyai ciri-ciri khusus. Penulis harus konsisten dengan teknik yang dipilih agar tidak membingungkan pembaca.

            Penting untuk diingat bahwa pengutipan merupakan bagian argumentasi yang dikemukakan pengarang. Argumentasi adalah suatu bentuk retorika yang digunakan untuk memengaruhi sikap dan pendapat orang lain agar mereka percaya dan akhirnya bertindak sesuai dengan yang diinginkan penulis (Keraf, 1982:3). Penulis menyertakan fakta-fakta kemudian merangkainya sehingga argumentasi atau pendapat yang dikemukakan kuat dan meyakinkan.
 Di bawah ini diuraikan teknik-teknik pengutipan.
a). Kutipan Langsung
(1). Kutipan yang berisi empat puluh kata atau lebih ditulis tanpa tanda kutip dan  terpisah dari teks yang mendahului. Kutipan tersebut ditulis sekitar 1,2 cm dari garis tepi sebelah kiri dan kanan teks halaman. Penulisan teks kutipan  menggunakan spasi tunggal.
Contoh:
Martaniah (1984:148) menyimpulkan hal tersebut sebagai berikut.
Dalam penelitian ini terbukti tidak ada perbedaan yang signifikan dalam motif berkuasa antara remaja yang tinggal di kotamadya, di kota kabupaten, dan di desa. Jadi, hipotesis yang dikemukakan penulis terbukti. Akan tetapi, sebetulnya yang dimaksud oleh penulis tidak hanya sama tingginya, tetapi sama tinggi pada skala tingkat atas. Menurut hasil penelitian ini, motif berkuasa remaja Jawa sama tinggi, tetapi pada skala tingkat bawah karena motif berkuasa pada semua kelompok tersebut di bawah rerata total. Dengan kata lain dapat dinyatakan bahwa motif berkuasa remaja Jawa yang diteliti adalah rendah.


(2). Kutipan yang memuat kurang dari empat puluh kata ditulis di antara tanda kutip  yang terpadu dengan teks, kemudian diikuti  nama pengarang, tahun, dan nomor halaman. Nama pengarang dapat terpadu dengan teks atau menjadi satu dengan  tahun dan nomor halaman  yang ditempatkan dalam tanda kurung. Jika terdapat  tanda kutip dalam kutipan, dipergunakan tanda kutip tunggal (‘…’).
Contoh:
Avika (2005:5) menyimpulkan “ada pengaruh yang signifikan antara kasih sayang yang diberikan orang tua dan tingkah laku anak”.
Cara lainnya sebagai berikut.
Kesimpulan  penelitian ini adalah “ada pengaruh yang signifikan antara kasih sayang yang diberikan orang tua dan tingkah laku anak” (Avika, 2005:5).
       Contoh:
Dalam penelitian tersebut disimpulkan “terdapat berbagai realitas yang dapat ditelusuri dari ‘bahasa’ yang digunakan sehari-hari” (Avika, 2005:12).

b). Kutipan Tidak Langsung
            Kutipan tidak langsung adalah kutipan yang dikemukakan dengan bahasa dan gaya  penulis. Penulisannya tanpa tanda kutip dan terpadu dengan teks. Nama pengarang bahan kutipan dapat ditulis terpadu dalam teks atau ditulis dalam kurung bersama tahun penerbitannya. Lebih lengkap dan lebih baik hasilnya jika nomor halaman disebutkan juga. Uraian di bawah ini dapat dicermati
(1)     Jika nama pengarang ditulis sebelum kutipan
Jika nama pengarang ditulis sebelum kutipan, perlu dibuat lebih dahulu pengantar kalimat yang relevan, kemudian nama akhir pengarang, tahun terbit, tanda titik dua, dan nomor halaman di dalam tanda kurung.
Contoh:
Selanjutnya, Sargent (1987:2) menjelaskan bahwa ideologi adalah sistem nilai atau keyakinan yang diterima sebagai fakta atau kebenaran oleh kelompok tertentu.

(2)     Jika nama pengarang ditempatkan setelah kutipan
       Contoh:
Ideologi adalah sistem nilai atau keyakinan yang diterima sebagai fakta atau kebenaran oleh kelompok tertentu (Sargent, 1987:2).

(3)     Jika pengarang merujuk pendapat pengarang lain
Penulisannya sama seperti cara-cara di muka, tetapi tahun dan nomor halaman buku asli tidak ditulis.
Contoh:
Buku rujukan (Tarigan, 1984:32) berbunyi:
Kemampuan membaca sepintas ini bermanfaat. Oleh karena itu, guru harus mengajarkan keterampilan ini kepada anak didiknya (Burmeister, 1978:296).
Cara mengutipnya sebagai berikut.
Burmeister (Tarigan, 1984:32) berpendapat bahwa kemampuan membaca sepintas bermanfaat. Oleh karena itu, guru harus mengajarkan keterampilan ini kepada anak didiknya.
Berikut ini cara lainnya.
Kemampuan membaca sepintas ini bermanfaat. Oleh karena itu, guru harus mengajarkan keterampilan ini kepada anak didiknya (Burmeister dalam Tarigan, 1984:32).
Perhatikan penggunaan kata dalam.
(4)     Jika sebuah kutipan diambil dari dua buku rujukan atau lebih karena isinya kurang lebih sama, di antara sumber rujukan ditulis tanda titik koma (;).
Contoh:
Diperlukan unsur-unsur penunjang bentuk-bentuk arsitektur untuk menciptakan bentuk yang harmonis dan estetis (Ali, 1984:6; Gani, 1985:17; Wawan, 1986:54).


(5)     Jika ada dua pengarang, kedua nama akhir pengarang dicantumkan dengan urutan seperti yang terdapat pada buku sumber dan dihubungkan dengan kata dan, diikuti tanda kurung yang berisi tahun terbit, titik dua, dan nomor halaman.
Contoh:
Selanjutnya, Eman dan Fauzi (1970:18) menyatakan bahwa tenaga mesin itu dapat mengatasi sekian tenaga manusia. Oleh karena itu, masalah ketenagakerjaan menjadi masalah yang serius pula.
Di bawah ini cara pengutipan yang lain.
 Pada bagian ini dikemukakan bahwa tenaga mesin itu dapat mengatasi sekian tenaga manusia. Oleh sebab itu, masalah ketenagakerjaan menjadi masalah yang serius pula (Eman dan Fauzi, 1970:18).

(6)     Jika pengarang lebih dari dua orang, nama akhir pengarang pertama diikuti dengan singkatan dkk. (singkatan dari dan kawan-kawan).
Contoh:
Tentang hubungan antara arsitektur dan arsitek, Sularko dkk. (1982:10) menyatakan bahwa arsitektur adalah perpaduan antara ilmu dan seni, sedangkan arsitek adalah orang yang menciptakan ruang sehingga melahirkan bentuk-bentuk arsitektur yang beraneka ragam.

x.                  Daftar Pustaka

A. Pengertian
            Daftar pustaka merupakan daftar yang berisi buku, makalah, artikel, atau bahan lain yang dikutip baik secara langsung maupun tidak langsung. Bahan-bahan yang dibaca  tetapi tidak dikutip tidak dicantumkan dalam daftar rujukan. Semua bahan yang dikutip secara langsung ataupun tak langsung dalam teks harus dicantumkan dalam daftar pustaka.
Daftar pustaka dapat berupa buku, makalah, artikel, atau bahan-bahan lain, misalnya makalah hasil lokakarya, seminar, artikel dari internet, dan hasil penerbitan suatu lembaga. Bagian-bagian  yang ditulis dalam daftar pustaka adalah sebagai berikut:
(1)     nama pengarang ditulis dengan urutan nama akhir, nama awal, dan nama tengah, tanpa gelar akademik;

(2)     tahun penerbitan;
(3)     judul (termasuk subjudul);
(4)     tempat atau kota penerbitan;
(5)     nama penerbit.

B.  Daftar pustaka dari buku
·      Pengarang
(1)     Jika  pengarang hanya satu orang, penulisan pustaka sebagai berikut:
Contoh:
Alatas, Syed Hussen. 1988. Intelektual Masyarakat Berkembang. Jakarta: LP3ES.
Effendy. 2003. Teori VSEPR dan Kepolaran Molekul. Malang: Bayumedia.
Schiffrin, D. 1993. Approaches to Discourse. Oxford: Blackwell.
Usman, Muchlis. 1996. Kaidah-Kaidah Ushuliyah dan Fiqhiyah: Pedoman Dasar dalam Istinbath Hukum Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Nama pengarang dalam daftar pustaka dapat disingkat. Perhatikan contoh berikut!
Alatas, S. 1988. Intelektual Masyarakat Berkembang. Jakarta: LP3ES

(2) Jika pengarang terdiri atas dua pengarang, penulisan pustaka sebagai berikut.
Contoh:
Mulyana, Deddy dan Rakhmat, Jalaluddin. 1990. Komunikasi Antarbudaya. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Chaer, Abdul dan Agustina, Leonie. 1995. Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta.
Halliday, M.A.K. dan Hasan, Ruqaiya. Tanpa tahun. Bahasa, Konteks, dan Teks: Aspek-aspek Bahasa dalam Pandangan Semiotik Sosial. Terjemahan oleh Asrudin Barori Tou. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
(3) Jika nama pengarang lebih dari dua orang, nama pengarang pertama yang ditulis, lalu singkatan dkk. (dan kawan-kawan).
Contoh:
Wardani, I.G.A.K. dkk. 2002. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.

(4)   Penulisan nama pengarang yang terdiri atas dua kata atau lebih dimulai dengan nama akhir, diikuti tanda koma, kemudian nama pertamanya.
Contoh:
Soegito menjadi Soegito.
Sri Retnowati Wigati menjadi Wigati, Sri Retnowati atau Wigati, S. R.
Norman Fairclough menjadi Fairclough, Norman atau Fairclough, N.

(5) Urutan nama Tionghoa tidak dibalik karena unsur nama pertama Tionghoa merupakan nama keluarga.
Contoh:
Liem Swie King tetap Liem Swie King.

(6) Jika beberapa buku yang diacu ditulis oleh pengarang yang sama, nama pengarang tetap ditulis secara utuh, lalu diakhiri dengan tanda baca titik, tahun terbit, dan seterusnya.
Contoh:
Suhartono. 2000. Pengantar Psikolinguistik. Surabaya: Unesa Press.
Suhartono . 2001.  Pertuturan. Surabaya: Bina Ilmu.
Suhartono . 2002. Jurnalistik. Surabaya: Aksara Kata.

·      Tahun Terbit
(1) Jika beberapa pustaka ditulis oleh seorang penulis dalam tahun yang sama,  urutannya didasarkan pada urutan abjad judul buku dengan ciri pembeda huruf sesudah tahun terbit.
Contoh:
Fairclough, Norman. 1995a. Critical Discourse Analysis. London: Longman.
Fairclough, Norman. 1995b. Media Discourse. London: Edward Arnold.

(2)     Jika pustaka yang digunakan tidak menyebutkan tahun terbit, tahun terbit ditulis dengan Tanpa Tahun.
Contoh:
Sumargono, Achmad. Tanpa Tahun. Pengantar Biokimia. Malang: Aneka.

·      Judul
(1)     Judul buku ditulis sesudah tahun terbit, diakhiri dengan tanda titik, dan dicetak miring atau garis bawah pada masing-masing kata. Jika pada judul terdapat anak judul, di antaranya ditulis tanda titik dua.
Contoh:
De Porter, Bobbi dan Mike Hernacki. 2003. Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan (terjemahan Alwiyah Abdurrahman). Bandung: Kaifa.
Gardner, Howard. 1985. Frames of Mind: The Theory of Multiple Intelligences. New York: Basic Books.
 Rose, Colin. 1985. Accelerated Learning. New York: Dell Publishing Co.

(2)     Judul artikel, laporan penelitian, makalah, skripsi, atau tesis ditulis di antara tanda petik.
Contoh:
Suyitno. 2004. “Pengembangan Pola Pembinaan dan Peningkatan Disiplin Guru”. Tesis tidak diterbitkan. Surabaya: Program Pascasarjana Unesa.

(3)     Keterangan yang menyertai judul (misalnya: jilid, edisi, terjemahan) ditempatkan sesudah judul dan diakhiri dengan tanda titik.
Contoh:
Kridalaksana, H. 1988. Kamus Linguistik. Edisi Kedua. Jakarta: Gramedia.
(4) Jika pustaka berupa karya terjemahahan, nama pengarang asli ditulis paling awal, diikuti tahun penerbitan karya asli, judul terjemahan, nama penerjemah, nama tempat penerbitan, dan nama penerbit terjemahan. Apabila tahun penerbitan buku asli tidak dicantumkam, digunakan kata tanpa tahun.
Contoh:
Glaser, Barney dan Strauss, Ansem L. Tanpa Tahun. Penemuan Teori Grounded: Beberapa Strategi Penelitian Kualitatif. Terjemahan oleh Abd. Syukur Ibrahim. 1984. Surabaya: Usaha Nasional.
(5)  Jika rujukan berupa buku  kumpulan artikel (ada editornya), setelah nama pengarang ditambahkan singkatan Ed. jika editornya satu orang dan Eds. jika editornya lebih dari satu orang.  Dalam BI editor disebut penyunting.
Contoh:
Purwo, Bambang Kaswanti (penyunting). 1992. PELLBA 5: Bahasa, Budaya. Yogyakarta: Kanisius.
Leteridge, S. & Cannon, C.R. (Eds.). 1980. Bilingual Education: Teaching English as a Second Language. New York: Praeger.
Latif, Yudi dan Ibrahim, Idi Subandy (Eds.). 1996. Bahasa dan Kekuasaan. Bandung: Mizan.

(6) Jika pustakanya adalah artikel dalam buku kumpulan artikel, judul artikel ditulis di antara tanda petik ganda. Setelah titik, digunakan Dalam dan seterusnya.
Contoh:
Hooker, Virginia Matheson. 1996. “Bahasa dan Pergeseran Kekuasaan di Indonesia: Sorotan terhadap Pembakuan Bahasa Indonesia”. Dalam Latif, Yudi dan Ibrahim, Idi Subandy (Eds.). Bahasa dan Kekuasaan. Bandung: Mizan.


·      Nama Kota dan Penerbit
(1) Nama kota ditulis setelah judul, diikuti tanda titik dua (:).
 Contoh:
.Surabaya:
.Jakarta:
.Surabaya:
(2)     Nama kota diikuti nama penerbit buku.
Contoh:
.Surabaya: Usaha Nasional.
.Jakarta: Gramedia.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

·      Pustaka dari koran atau majalah
(1)     Nama pengarang ditulis paling awal, lalu diikuti tanggal, bulan, dan tahun terbit.
(2)     Judul artikel yang dikutip ditulis dengan cetak biasa dan berhuruf besar pada setiap awal kata, kecuali kata tugas.
(3)     Nama majalah ditulis dengan huruf  kecil, kecuali huruf pertama setiap kata dan ditulis miring. Nomor halaman disebut pada bagian akhir.
(4)     Judul artikel ditulis di antara tanda petik dua (“).
Contoh:
Kompas. 17 Agustus, 2005. “Interpretasi Proklamasi”, hal. 8.
Fauzan, Ali. 12 Juni 2000. “Krisis Energi.” Jawa Pos, hal. 4.
Mujani, Saiful. 2000. “Tanggung Jawab Politik Santri”. TEMPO, edisi 6-12 November.



·      Pustaka dari Dokumen Resmi Pemerintah dan Suatu Lembaga
Contoh:
BP-7 Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur. 1988. Buku Serapan Bahan Penataran P-4, UUD 1945, GBHN. Surabaya.
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1990. Pedoman Penulisan Laporan Penelitian. Jakarta: Departeman Pendidikan dan Kebudayaan.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 1990. Surabaya: Usaha Nasional.

·      Pustaka dari Internet
a). Pustaka dari Internet Berupa Karya Individual
(1)     Nama pengarang ditulis seperti aturan bahan cetak, diikuti tahun, judul artikel, nama jurnal (dicetak miring) dengan diberi keterangan dalam kurung (Online), volume atau nomor, dan diakhiri dengan alamat sumber rujukan dengan disertai tulisan waktu pengaksesan  dalam tanda kurung.
Contoh:
Graham, J.L. 2000. A Survey of LES Online Journals, 1999-2000: Learning Analysis, (Online), (http://journal.ed.learn.mu.uk/analysis/analysis.html, diakses 15 Agustus 2002).

b). Pustaka dari Internet Berupa Artikel Jurnal
(1)     Nama pengarang ditulis seperti aturan bahan cetak, diikuti tahun dan judul artikel.
(2)     Kemudian, nama jurnal (dicetak miring) dengan diberi keterangan dalam kurung (Online), volume dan nomor, dan diakhiri dengan alamat sumber rujukan dengan disertai keterangan waktu pengaksesan dalam tanda kurung.
Contoh:
Hanafi, Hasan. 1997. Kepribadian Ganda. Jurnal Psikologi, (Online), Jilid 2, No.6, (http//www.surabaya.ac.id, diakses 20 Juni 1998).


c). Pustaka dari Internet Berupa Bahan Diskusi
             Nama pengarang ditulis seperti aturan bahan cetak, diikuti tanggal, bulan, tahun, topik bahan diskusi (dicetak miring) dengan diberi keterangan dalam tanda kurung (Online), kemudian diakhiri dengan alamat e-mail sumber rujukan dengan disertai keterangan waktu pengaksesan yang ditulis di antara tanda kurung.
Contoh:
David, E. 10 Desember 1994. Summary of Citing Internet Sites. EDUCATION Discussion List, (Online), (NETRRAIN@ubvm.cc.buffalo.edu, diakses 28 Desember 1994)

d). Pustaka dari Internet Berupa E-mail Pribadi
           Penulisannya diawali dengan nama pengirim e-mail (jika ada); diikuti keterangan dalam kurung (alamat e-mail pengirim); kemudian tanggal, bulan, tahun, dan topik isi bahan (dicetak miring); lalu nama yang dikirimi e-mail dengan disertai keterangan dalam kurung (alamat e-mail yang dikirimi).
Contoh:
Aliyah, S. (unesa-sby@indo.net.id). 01 Januari 2005. Artikel untuk JPN. E-mail kepada Tom Haris (th@sby.ywcn.or.id).
Raharjo, M. (mr@uwts.edu.au). 12 Maret 2002. Behind the Fact. E-mail kepada Fitriyah Auliyah (fia@usq.edu.au).









BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Dari semua uraian di atas, penulis  dapat menyimpulkan bahwa, dalam  ketatabahasaan Indonesia banyak sekali kaidah dan aturan yang berlaku. Namun hingga saat ini aturan dan kaidah – kaidah tersebut masih belum bisa diimplementasikan ke dalam karya - karya anak bangsa. Namun dengan adanya makalah ini penulis berharap makalah ini bisa membantu dalam membuat karya – karya lain yang berhubungan dengan ketatabahasaan Indonesia
Akhir kata apabila dalam  pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan, penulis  memohon maaf sebesar -  besarnya.  Atas perhatiannya penulis  mengucapkan terima kasih.















BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

·         Materi Bahasa Indonesia

·         ASnhaba/TEKNIK PENGUTIPAN

·         ASnhaba/DAFTAR PUSTAKA

·         Ejaan-yang-disempurnkan

·         Pengertian karya Ilmiah dan Ciri – ciri Karya Ilmiah